Tanihub.com – Daerah Bandung dan sekitarnya, yang topografinya berbentuk mangkuk atau cekungan karena dikelilingi pegunungan, sering disebut sebagai Tanah Priangan atau Parahyangan, yang berarti tempat para “hyang” atau dewa karena mereka bersemayam di gunung-gunung yang tinggi.
Selain itu, kondisi alamnya yang indah dan subur menjadi alasan munculnya ungkapan di kalangan masyarakat Sunda, bahwa Tanah Parahyangan diciptakan ketika para dewa sedang tersenyum.

Tim TaniGroup berjalan menuju lahan untuk tanam perdana wortel Berastagi (Foto oleh Fenny Liu/TaniHub)
Kecamatan Pangalengan, yang terletak di Kabupaten Bandung di selatan kota Bandung, merupakan penghasil berbagai produk hortikultura seperti kentang, tomat, wortel, kubis, dan lain-lain. Topografi Pangalengan yang merupakan dataran tinggi yang berbukit-bukit dengan temperatur dan cuaca yang sejuk, sangat mirip dengan kondisi di wilayah asal wortel jenis Berastagi, yaitu kecamatan Berastagi di Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Hal inilah yang membuat Dhea Yustiana, petani muda berusia 24 tahun dari Desa Margamukti, Pangalengan, bersama dengan kelompok taninya, Radhea Putra, memutuskan untuk mengembangkan budidaya wortel Berastagi dengan dukungan TaniFund, peer-to-peer lending untuk pertanian di bawah TaniGroup.
Kelompok tani yang diketuainya sudah berjalan sejak tahun 2015, dengan pengalaman budidaya tomat, kentang, wortel, dan jenis sayur lainnya.
Budidaya benih
Dhea mengatakan, bibit wortel Berastagi yang kelompok taninya gunakan sebenarnya berasal dari Korea Selatan. Bersama kelompoknya, Dhea ingin mencontoh para petani di Berastagi yang berhasil melokalkan bibit tersebut dan membuat produk wortel Berastagi menjadi terkenal se-Indonesia. Menurutnya, siapa tahu wortel Berastagi yang dibudidayakan di Pangalengan bisa mengulang kisah sukses saudara tuanya dari tanah Karo di Sumatera Utara.
“Saya juga mau nyoba [tanam] dulu; jadi kalau ada kemungkinan untuk benihnya bisa dibudidayakan, saya akan lakukan,” katanya saat mengobrol bersama tim dari TaniGroup di rumahnya.

Dhea Yustiana, petani muda yang mengetuai kelompok tani Radhea Putra (Foto oleh Grace Dwitiya Amianti/TaniHub)
TaniFund sendiri tertarik untuk menjalin kerja sama dengan kelompok tani Radhea Putra atas dasar pertimbangan rekam jejak yang baik serta pengalaman budidaya mereka.
Sayuran favorit
Berdasarkan prospektus yang diterbitkan TaniFund di website (www.tanifund.com), permintaan untuk wortel jenis Berastagi semakin meningkat sejak keran impor komoditas tersebut ditutup oleh pemerintah. Konsumen meminati wortel Berastagi karena karakteristiknya yang setara dengan wortel impor. Wortel Berastagi juga termasuk jenis tanaman yang tumbuh sepanjang tahun, sehingga hasil budidaya dapat dipanen oleh petani secara berkelanjutan.
Menurut catatan TaniGroup, budidaya wortel jenis Berastagi sebelumnya pernah dilakukan di Pangalengan oleh kelompok tani lainnya dan menghasilkan produk dengan kualitas yang cukup baik. Sejumlah petani di Cikajang, Garut, juga pernah melakukan hal yang sama di daerah mereka, namun mereka terkendala dalam hal pemasaran.
Sebagai salah satu tanaman sayuran yang ditumbuhkan di dataran tinggi, wortel memiliki peranan penting dalam penyediaan bahan pangan, khususnya sebagai sumber vitamin dan mineral. Dalam setiap 100 gram wortel, terdapat 835 mikrogram vitamin A yang bermanfaat bagi kesehatan mata dan antioksidan. Selain bermanfaat untuk organ internal, wortel juga dimanfaatkan sebagai masker wajah dan kecantikan. Potensi pasar yang sangat luas ini menjadikan prospek bisnis wortel sangat baik.

Wortel mengandung vitamin A yang bermanfaat bagi kesehatan mata dan antioksidan. Gambar oleh Couleur dari Pixabay
Aktivitas tanam perdana
Untuk program budidaya wortel Berastagi di Pangalengan, TaniFund telah berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 76.900.000 dari para investor melalui platform crowdfundingnya, dengan harga per unit ditetapkan sebesar Rp 100.000. Program tersebut menawarkan imbal hasil sebesar 18 persen per tahun dengan tenor 121 hari atau empat bulan, dari 16 April 2019 sampai 15 Agustus 2019. Setiap bulannya, investor akan menerima pengembalian hasil investasi.
Pada 24 April 2019, tim TaniFund secara simbolik memulai penanaman perdana budidaya Wortel Berastagi di Desa Margamukti, Pangalengan, Jawa Barat. Acara tersebut di antaranya dihadiri oleh Her Sanyoto (Vice President Marketing TaniHub), Lutfia Aisya (Business Partner Lead TaniFund) dan Fenny Liu (Creative and Brand Manager TaniHub).

Lahan penanaman wortel Berastagi yang dikelola oleh kelompok tani Radhea Putra (Foto oleh Fenny Liu/TaniHub)
Butuh perawatan ekstra
Meski permintaannya cukup tinggi, budidaya wortel Berastagi tidak mudah dilakukan karena petani harus memiliki pengalaman dan perhatian yang ekstra terhadap tanaman. Sejumlah hama dan penyakit yang dapat menyerang wortel jenis ini, terutama saat musim penghujan. Beberapa jenis hama wortel adalah kutu daun, ulat tanah dan lalat buah. Sementara itu, sejumlah penyakit wortel di antaranya adalah nematode bintil akar, bercak daun, serta busuk akibat jamur Alternaria.
Dalam diskusinya bersama tim TaniGroup, Dhea mengatakan bahwa perubahan cuaca yang ekstrem dalam satu hari pun dapat berdampak signifikan terhadap tanaman.
“Kalau cuaca seperti ini [hujan dengan durasi cukup lama], paginya kita perlu lihat tanaman seperti gimana kondisinya. Setelah hujan, pasti ada perubahan besoknya. Kadang-kadang, satu malam saja [kondisi tanaman] bisa berubah. Karena kadang tiba-tiba ada hujan gede, atau misalnya turun kabut. Itu pengaruhnya gede,” katanya.

Petani sedang mencangkul tanah di lahan penanaman wortel Berastagi yang dikelola kelompok tani Radhea Putra (Foto oleh Fenny Liu/TaniHub)
Sebab itu, Dhea berharap suatu hari para stakeholders di pertanian bisa meningkatkan dukungannya terhadap budidaya hortikultura di daerahnya. Salah satu solusinya adalah dengan menyediakan tenaga ahli yang bisa memberikan pengetahuan kepada para petani dalam merawat tanamannya, sehingga produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.
“Bahkan kalau perlu, [tenaga ahli tersebut] bisa sampai nginap di sini [untuk membantu monitoring],” katanya.
Dukungan untuk petani
Kepada TaniFund, Dhea menggantungkan harapannya supaya petani Indonesia dapat menjadi maju dan usaha yang dilakukan dapat berkelanjutan, sehingga tingkat kesejahteraan petani bisa meningkat.
Dengan dukungan investor, menurut Dhea, kondisi yang saling menguntungkan kedua belah pihak bisa dicapai. Hal ini sejalan dengan misi TaniGroup yaitu Agriculture for Everyone.
“Intinya, saya pingin ada perubahan,” katanya.
TaniHub dan TaniFund di bawah TaniGroup selalu berkomitmen untuk memberikan kepastian bahwa setiap panen yang dihasilkan dari program budidaya para mitra petani dapat terserap oleh pasar. Tujuan TaniGroup adalah memperbaiki ekosistem pertanian di Indonesia melalui beragam inovasi dan terobosan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup para petani lokal.
Karena TaniGroup percaya bahwa untuk setiap benih yang ditanam, ada petani yang akan tersenyum.
Jangan lupa, berikan dukunganmu untuk petani Indonesia dengan membeli produk dari petani lokal.
2 Komentar
Sasmito · Mei 1, 2019 pada 2:00 pm
Cara ikut grup watsap tanihub gmn cranya
Michael Fandy · Mei 6, 2019 pada 1:37 pm
Selamat Siang,
Saya ingin menanyakan mengenai program penanaman wortel ini. Saya tertarik dengan proses penjualannya. Apakah penjualannya akan eksklusif via TaniHub atau boleh dipurchase pihak lain? Terima kasih.
Michael Fandy
+628158159619