TaniHub.com – Mengonsumsi jus atau olahan buah saat berbuka puasa? Siapa yang tidak mau? Sambil melepas dahaga, kita juga bisa mendapatkan banyak nutrisi yang terkandung di dalam buah. Bahkan berbagai sumber menuliskan agar kita mengonsumsi setengah hingga dua gelas buah dan dua hingga tiga gelas sayuran setiap harinya. Tujuannya adalah untuk menurunkan risiko penyakit jantung, stroke, hingga kanker.

Berbicara mengenai manfaatnya, lantas sebuah pertanyaan pun muncul. Manakah yang lebih unggul dalam mengolah buah (atau sayur)? Juicer, blender, atau food processor?

Jika Anda berpikir bahwa hasil akhir yang membedakan, Anda benar. Dengan menggunakan blender dan food processor, seluruh bagian yang diolah tetap berada di sana dan menyatu. Sementara itu jika menggunakan juicer, serat-serat akan tersisihkan menjadi ampas.

Baca juga: Berbagai Fungsi Tersembunyi Microwave yang Mungkin Tidak Anda Ketahui

Tidak hanya sekadar menyisakan serat dan ampas, keduanya sebenarnya memenuhi kebutuhan yang berbeda. Jansen Ongko, pakar nutrisi mengatakan bahwa membandingkan blender (dan food processor) dengan juicer bukanlah sekadar melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing. “Bukan berarti kehilangan serat dan manfaatnya. Hanya serat tidak larut saja. Hasil olahan juicer masih memiliki serat, yakni serat larut dan (tetap) bermanfaat untuk kesehatan,” jelas Jansen lebih lanjut.

Dalam konteks nutrisi, juicer memang mengungguli blender dan food processor. Kenapa? Karena ketika Anda menggunakan juicer, hasil akhir olahan akan mengandung nutrisi dengan konsentrasi yang tinggi. Kandungan mineral dan vitamin pada buah atau sayur seringkali terdapat pada air, bukan pada seratnya.

Kandungan gula

Lantas bagaimana bila membandingkan ketiganya dengan dampak kandungan gula bagi tubuh? Blender dan food processor memang tidak membuang kandungan gula di dalam buah atau sayur yang diolah, tetapi dengan mengolah buah atau sayuran menjadi jus (airnya saja), membuka peluang Anda mengonsumsi gula dalam jumlah lebih banyak.

Baca juga: Vitamin C Tinggi Tidak Hanya Ada di Jeruk, Buah-buahan Ini Juga Lho!

Ketika Anda mengonsumsi smoothie atau olahan buah dan sayur yang diproses dengan blender, serat dan ampas membuat Anda merasa lebih cepat kenyang dan berhenti mengonsumsi. Namun dengan juicer, yang Anda konsumsi adalah cairan. Hal inilah yang kemudian membuka peluang Anda untuk mengonsumsi dalam jumlah yang lebih banyak untuk merasa kenyang. Artinya semakin banyak pula kandungan gula yang masuk ke dalam tubuh.

Pilih yang mana?

Nah, setelah Anda mengetahui perbedaan ketiganya, Anda dapat menimbang berdasarkan dengan kebutuhan Anda. Bila menginginkan hasil tanpa ampas, tentu Anda bisa memilih juicer. Namun jika Anda tidak ingin melewatkan berbagai kandungan yang ada dalam ampas atau serat, Anda harus memilih blender atau food processor.

Pertimbangan semakin mengerucut ketika Anda sudah menyisihkan juicer. Namun pertanyaan yang kemudian muncul adalah mana yang lebih baik, blender atau food processor?

Secara fungsi, keduanya beroperasi dengan cara yang sama, yakni mencampur dan menghaluskan makanan. Perbedaannya adalah blender terbatas pada fungsinya dalam menghaluskan makanan lunak dengan konsistensi yang halus. Idealnya memang dipakai untuk membuat jus (pekat) atau smoothie. Hal ini sebenarnya dampak dari ukuran pisaunya yang kecil.

Sementara itu food processor memiliki fungsi yang jauh lebih lengkap. Alat ini mampu mencacah, memotong, memarut, mengiris, hingga mencampur berbagai jenis makanan. Meski begitu, food processor juga memiliki kelemahan–bagi sebagian orang ini bukan kelemahan–yakni, tidak dapat mengolah makanan cair.

Baca juga: Sering Dibuang, Bagian-bagian Buah dan Sayur Ini Justru Banyak Manfaatnya

Bila mempertimbangkan harga, food processor memang lebih mahal dibandingkan dengan blender. Namun, bagi Anda yang terbiasa berbelanja sambil mendukung petani lokal di TaniHub, Anda memiliki peluang untuk mendapatkannya secara gratis. Tertarik? Nah, langkah pertama adalah dengan mendapatkan aplikasi TaniHub di sini.

Jangan tunda lebih lama lho, periode program ini dimulai pada tanggal 1 Mei 2019 hingga 31 mei 2019. Yuk kita dukung petani lokal Indonesia!


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


Math Captcha
38 − = 35